DAMPAK BURUK MEMUJI TOKOH AHLI BID’AH



Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

TOKOH ahli bid’ah itu memang tidak boleh dipuji dihormati atau di muliakan, karena akan berdampak buruk bagi orang awam timbulnya kecintaan dan pemuliaan kepada tokoh ahli bid'ah tersebut, yang pada akhirnya mereka pun akan mengikuti pemahamahamannya.

Apalagi jika yang memuji dan yang menghormati itu TOKOH panutan seperti  seorang DA'I atau seorang ‘Alim.

Abul Walid (Sulaiman bin Khalaf) Al Baji dalam Kitabnya, (Ikhtishar Firaqil Fuqaha) ketika menyebutkan keadaan Al Qadhi (Abu Bakar) bin Al Baqillaniy mengatakan : 

لَقَدْ أَخْبَرَنِي الشَّيْخُ أَبُو ذَر وَكَانَ يَمِيلُ إِلَى مَذْهَبِهِ، فَسَأَلْتُهُ: مِنْ أَيْنَ لَكَ هَذَا؟ قال: إِنِّيْ كُنْتُ مَاشياً بِبَغْدَادَ مَعَ الحَافِظ الدَّارَقُطْنِيّ، فَلَقِيْنَا أَبَا بَكْرٍ بنَ الطَّيِّب فَالْتَزَمَهُ الدَّارَقُطْنِيُّ وَقبَّلَ وَجْهَهُ وَعَيْنَيْهِ فَلَمَّا افْتَرَقَا قُلْتُ : مَنْ هَذَا؟ قَالَ : هَذَا إِمَامُ المُسْلِمِيْنَ، وَالذَّابُّ عَنِ الدِّيْنِ, هَذَا القَاضِي أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بنُ الطَّيِّب. قَالَ أَبُو ذَر: فَمِنْ ذَلِكَ الوَقْت تَكَرَّرْتُ إِلَيْهِ

“Syaikh Abu Dzar (‘Abdun bin Ahmad al Anshari Al Harawi) telah menceritakan kepadaku bahwa ia condong kepada madzhab (Al Asy’ari).” Maka saya tanyakan dari mana ia dapatkan madzhab ini. Katanya : “Saya pernah berjalan bersama Al hafidz (Abu Al Hasan ‘Ali bin ‘Umar) Ad Daraquthniy dan kami bertemu dengan (Al Qadhi) Abu Bakr (Muhammad) bin Ath Thayyib (Beraqidah Asy'Ariy) lalu Ad Daraquthniy (Ahlus Sunnah)  memeluknya dan mencium wajah dan kedua matanya, maka setelah kami berpisah saya bertanya siapa laki-laki tadi?” Ia menjawab : “Imamnya kaum Muslimin, pembela Islam, (yaitu) Al Qadli Abu Bakr Muhammad bin Ath Thayyib.” Abu Dzar berkata : “Sejak saat itu saya berulang-ulang mendatanginya bersama ayahku (dan akhirnya kami mengikuti madzhabnya).” (At Tadzkirah 3/1104-1105 dan As Siyar 17/558-559).

Oleh karena itu para ulama mewanti wanti bermajlis dengan ahli bid’ah dinatarnya Al Fudlail bin Iyyadl pernah berkata :

مَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ فَاحْذَرْهُ، وَمَنْ جَلَسَ مَعَ صَاحِبِ الْبِدْعَةِ لَمْ يُعْطَ الْحِكْمَةَ، وَأُحِبُّ أَنْ يَكُونَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حِصْنٌ مِنْ حَدِيدٍ، آكُلُ عِنْدَ الْيَهُودِيِّ وَالنَّصْرَانِيِّ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ آكُلَ عِنْدَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ

“Siapa yang duduk dengan ahli bid’ah maka berhati-hatilah darinya dan siapa yang duduk dengan ahli bid’ah tidak akan diberi Al Hikmah. Dan saya ingin jika antara saya dan ahli bid’ah ada benteng dari besi yang kokoh. Dan saya makan di samping yahudi dan nashrani lebih saya sukai daripada makan di sebelah ahli bid’ah.” (Syarah Ushul al-I’tiaqad, Al Lalikai 4/638 nomor 1149)

Hanbal bin Ishaq berkata, saya mendengar Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata : 

“Tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahli bid’ah, duduk dan bergaul dengan mereka.” (Al Ibanah 2/475 nomor 495)

Dari Habib bin Abi Az Zabarqan ia berkata, Muhammad bin Sirin apabila mendengar ucapan ahli bid’ah, menutup telinganya dengan jarinya kemudian berkata :

“Tidak halal bagiku mengajaknya berbicara sampai ia berdiri dan meninggalkan tempat duduknya.” (Al Ibanah 2/473 nomor 484)

Imam Ahmad berkata dalam risalahnya untuk Musaddad :

 “Jangan kamu bermusyawarah dengan ahli bid’ah dalam urusan agamamu dan jangan jadikan dia teman dalam safarmu (bepergian).” (Al Adabus Syari’ah Ibnu Muflih 3/578)

Para ulama kita rahimahumullah tak segan segan mencela dan memperingatkan kesesatan ahli bid’ah dan hal ini tidak menganggapnya GHIBAH maka inilah ghibah yang halal bahkan wajib.

Dari Al A’masy dari Ibrahim ia berkata :

“ Bukanlah ghibah menceritakan keadaan ahli bid’ah.” (Al Lalikai 1/140 nomor 276)

Al Hasan Al Bashry rahimahullah berkata :

«لَيْسَ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ وَلَا لِفَاسِقٍ يُعْلِنُ بِفِسْقِهِ غِيبَةٌ»

“Menerangkan keadaan ahli bid’ah dan kefasikan orang yang berbuat fasiq terang- terangan bukan perbuatan ghibah.” (Syarah Ushul al-I’tiaqad, Al Lalikai 1/158nomor 279-280)

 Dari Sufyan bin Uyainah berkata, Syu’bah pernah berkata :

«تَعَالَوْا حَتَّى نَغْتَابَ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»

“Kemarilah kita (berbuat) ghibah di jalan Allah Azza wa Jalla.” (Al Kifayah 91 dan Syarah Ilal At Tirmidzy 1/349).

Maksudnya GHIBAH disini menjelaskan tentang KEJELEKAN rowi rowi hadits yang pendusta, dan hal itu bukanlah ghibah tapi justru sebagai bentuk pembelaan terhadap agama dari kerusakan.

Semoga hal ini bisa di fahami dan ditempatkan, seperti kalau pada zaman kita sekarang adalah kita tidak selfi bersama TOKOH ahli bid’ah karena hal itu DI KHAWATIRKAN akan membuat orang awam punya persangkaan bahwa kita mendukung kebid’ahannya, atau menyakini benarnya aqidah ahli bid'ah tersebut, yang pada akhirnya tidak menutup kemungkinan mereka akan mengikuti kesesatannya. Wallahu a’lam []

0 Response to "DAMPAK BURUK MEMUJI TOKOH AHLI BID’AH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel