MENGGANTUNGKAN ATAU MEMAJANG AYAT AYAT AL QURAN



(Kajian kitabul Adab)

Tidak di perbolehkan menggantungkan atau memajang ayat - ayat al Quran di dinding rumah atau yang semisalnya sebagai bentuk hiasan. Hukum yang berkait dengan masalah ini dijelaskan oleh Syaikh Fuad bin Abdyl Aziz as Syalhub -hafidzahullah- , beliau berkata :

 كراهية تعليق الآيات على الجدر ونحوها . وقد انتشر في كثيرٍ من البيوتات تعليق بعض السور أو الآيات على جدران الغرف والممرات، منهم من علقها تبركاً ومنهم تجملاً . وبعضهم زيَّن بها محله (التجاري) وانتقى (مميليه) آيات تناسب المقام ، ومنهم من علقه في سيارته إما حرزاً أو تبركاً، وبعضهم يقول: تذكراً

Makruh (dibenci) hukumnya menggantungkan ayat - ayat di dinding dan semisalnya. Dan sungguh telah menyebar  yang kita lihat di beberapa rumah yang menggantungkan sebagian surat atau ayat - ayat al Quran, baik di dinding, kamar, atau lorong - lorong rumah. Sebagian mereka melakukan itu karena Tabaruk dan sebagian lain hiasan. Bahkan sebagian orang melakukan itu karena menghiasi tokonya dan memilih beberapa ayat yang dianggap sesuai. Diantara orang menggantungkannya didalam mobilnya sebagai penolong dan tabarruk. Sebagian mereka berkata, “Ini untuk mengingatkan”.

 

 وللجنة الدائمة فتوى مطولة بهذا الشأن مؤداها المنع من تعليق الآيات على الحيطان والمحلات التجارية، ونحو ذلك . وملخصها كالآتي

Lajnah ad Daaimah mengeluarkan Fatwa tentang masalah ini, fatwa yang cukup panjang, yaitu larangan menggantungkan bebrapa ayat di dinding, toko, dan selainnya. Kesimpulannya sebagai berikut :

 
1-             أن في تعليق الآيات ونحو ذلك إنحراف بالقرآن عما أنزل من أجله من الهداية والموعظة الحسنة والتعهد بتلاوته ونحو ذلك.

Bahwasanya menggantungkan ayat - ayat al Quran merupakan penyalahgunaan terhadap al Quran yang diturunkan sebagai petunjuk, nasehat yang bagus, untuk di baca, dan lain- lain.

2-                                                                                أن هذا مخالف لما عليه النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وخلفاؤه الراشدون     .


Bahwasanya hal ini menyalahi apa yang telah dicontohkan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam dan para Khulafaur Rasyidin. 


3-                                 أن في المنع من ذلك سد لذريعة الشرك، والقضاء على وسائله من الحروز  والتمائم وإن كانت من القرآن .
 


Bahwasanya dalam pelarangan itu terdapat Saddudz Dzariah (penutup jalan yang menjurus) kepada perbuatan syirik, dan menumpas hal hal yang menyebabkan kesyirikan, menjauhkan dari jimat meskipun itu dari al Quran.


4-                                                                                    أن القرآن أنزل ليتلى ، ولم ينزل ليتخذ وسيلة للرواج التجاري .
 

Bahwasanya al Quran diturunkan untuk di baca, dan bukan sebagai hiasan toko.

 
5-                                                       أن في ذلك تعريض آيات الله للامتهان والأذى عند نقلها من مكان إلى مكان ونحو ذلك .


Bahwasanya menggantungkan ayat- ayat al Quran akan membuat ayat itu terhina dan tersakiti, ketika kita memindahkannya dari suatu tempat ke tempat lain


ثم قالت اللجنة الدائمة: وبالجملة إغلاق باب الشر والسير على ما كان عليه أئمة الهدى في القرون الأولى التي شهد لها النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بالخيرية أسلم للمسلمين في عقائدهم وسائر أحكام دينهم من ابتداع بدع لا يدرى مدى ما تنتهي إليه من الشر


Kemudian al Lajnah ad Daaimah berkata, “Secara umum, menutup pintu keburukan dan meniti jalan yang telah ditempuh oleh para Imam yang mendapat petunjuk dimasa- masa awal yang di rekomendasikan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam dengan kebaikan itu agar kaum muslimin lebih selamat dalam hal aqidah mereka dan seluruh hukum agama mereka dari perbuatan bid’ah yang dia tidak tahu sejauh mana bid’ah itu akan menuju keburukan. (Fatwa Lajnah Ad Daaimah 4/30-33 no Fatwa : 2078). Semoga yang dibahas bermanfaat.

✍ Abu Ghozie As Sundawie

0 Response to " MENGGANTUNGKAN ATAU MEMAJANG AYAT AYAT AL QURAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel