CINTA ITU PERLU BUKTI ‎

Diantara yang sering diakui oleh banyak orang adalah CINTA dimana ia menyatakannya kepada siapapun yang dicintainya. Namun ternyata pengakuan cintanya dusta belaka.

Dalam hal ini  Allah ta’ala telah berfirman :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, niscaya Allâh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allâh dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang kafir". (QS Ali Imran : 31-32)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata berkenaan dengan tafsir ayat ini:

هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ حَاكِمَةٌ عَلَى كُلِّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ، وَلَيْسَ هُوَ عَلَى الطَّرِيقَةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ فَإِنَّهُ كَاذِبٌ فِي دَعْوَاهُ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، حَتَّى يَتَّبِعَ الشَّرْعَ الْمُحَمَّدِيَّ وَالدِّينَ النَّبَوِيَّ فِي جَمِيعِ أَقْوَالِهِ وَأَحْوَالِهِ، كَمَا ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "مَنْ عَمِلَ عَمَلا لَيْسَ عَلَيْهِ أمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ" 

“Ayat yang mulia ini sebagai hakim (pemutus) kepada setiap orang yang mengklaim  mencintai Allah namun ia tidak berada pada petunjuk Nabi muhammad. Maka sesungguhhnya disaat yang sama pengklaiamannya dusta hingga ia mengikuti syari’at Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan Agamanya pada semua perkataannya dan kondisinya sebagaimana telah vadari Nabi shalallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda, ‘Barang siapa yang melakukan amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka ia tertolak” (Tafsir Ibnu Katsir 2/32)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidaklah beriman  dengan keimanan yang sempurna salah seorang dari kamu sehingga aku menjadi yang paling ia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia. (HR Bukhâri, no. 15; Muslim, no. 44, dari Anas bin Malik)

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah :  

اعْلَمْ أَنَّ مَنْ أَحَبَّ شَيْئاً آثَرَهُ وَآثَرَ مُوَافَقَتَهُ وَإِلَّا لَمْ يَكُنْ صَادِقاً فِيْ حُبِّهِ، وَكَانَ مُدَّعِياً فَالصَّادِقُ فِيْ حُبِّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من تَظهَرُ علامةُ ذلك عَلَيْهِ، 

“Ketahuilah, bahwa seseorang yang mencintai sesuatu, ia akan mengutamakannya dan mengutamakan kecocokan dengannya. Jika tidak, maka ia tidak benar dalam kecintaannya, dan ia (hanya) orang yang mengaku-ngaku saja. Maka orang yang benar dalam kecintaannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah orang yang nampak darinya tanda-tanda tersebut.

وأولُهَا: الاقتداءُ بِهِ، وَاسْتِعمالُ سُنتِهِ، واتباعُ أقوالِهِ وأفعالِهِ، واجتنابُ نواهيهِ، والتأدبُ بآدابهِ فِيْ عُسْرِهِ وَيُسْرِهِ وَمَنْشَطِهِ وَمَكْرَهِهِ ، وَشَاهِدُ هَذَا قَوْلُهُ تَعَالَى : ((إن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ))

Pertama dari tanda-tanda itu ialah meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengamalkan sunnahnya (ajarannya), mengikuti perkataan dan perbuatannya, dan beradab dengan adab-adabnya, (baik) pada saat kesusahan maupun kemudahan, pada waktu senang maupun benci, yang menunjukan akan hal itu adalah firman Allah Ta’ala, “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu.”. ( Asy-Syifa’, hlm. 571, dinukil dari Abhâts fil-I’tiqad, karya Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Abdul-Lathif, hlm. 37)

Imam Ibnul Mubarak menyenandungkan sya'ir yang indah : 

تَعْصِي الْإِلَهَ وَأَنْتَ تَزْعُمُ حُبَّهُ ... هَذَا لَعَمْرِي فِي الْقِيَاسِ شَنِيعُ
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَعْتَهُ ... إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيعُ

Engkau durhaka kepada Rabb mu tapi engkau mengira mencintai-Nya......Sungguh ini adalah analogi yang mengherankan

Kalaulah cintamu benar, niscaya engkau akan menta'ati Nya...Sesungguhnya pencinta akan menta'ati yang dicintainya. (Jami'ul 'Ulum wal Hikam , Ibnu Rojab 2/397)

Itulah cinta dusta, ibarat pepatah :

كُلٌّ يَدَّعِي وَصَلاً بِلَيْلَى … وَلَيْلَى لَا تُقِرُّ لَهُمْ بِذَاكَا

"Semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila…Namun Laila menolak pengakuan mereka itu"

Abu Ya’qub An Nahrujuuriy rahimahullah berkata :

كُلُّ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَمْ يُوَافِقِ اللَّهَ فِي أَمْرِهِ، فَدَعَوَاهُ بَاطِلَةٌ، وَكُلُّ مُحِبٍّ لَيْسَ يَخَافُ اللَّهَ، فَهُوَ مَغْرُورٌ.

“Setiap yang mengaku cinta kepada Allah ‘Azza Wajalla namun tidak mencocoki dalam perintah Nya maka pengakuannya adalah Bathil, setiap yang mengaku mencintai Allah namun tidak takut kepada Nya maka ia tertipu” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam , Ibnu Rojab 2/397)

Yahya bin Mu’adz rahimahullah berkata :

 لَيْسَ بِصَادِقٍ مَنِ ادَّعَى مَحَبَّةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَمْ يَحْفَظْ حُدُودَهُ. 

“Tidaklah benar pengakuan orang yang mencintai Allah ‘Azzawajalla namun tidak menjaga batasan batasan Allah” (Jami'ul 'Ulum wal Hikam , Ibnu Rojab 2/397)

Sebagian ulama mengatakan, "Orang yang mencintai Allah tidak merasakan kenikmatan dunia dan tidak pernah melupakan dzikir kepada Allah walaupun sekejap mata" (Bahrur Roiq Fiz Zuhdi War Raqaaiq). 

Demikian semoga kita bisa merealisasikan bentuk kecintaan kita kepada Allah dalam ketaatan dan Ittiba' kepada Nabi Nya. 

Jangan sampai cinta kita kepada Allah adalah cinta palsu, sebagaimana halnya ahli bid'ah mereka banyak mengaku cinta Allah , cinta Rasul namun tidak mengikuti dan meneladani Rasul dengan sebab kebid'ahan yang mereka lakukan, wal'iyadzu billah

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie 

0 Response to "CINTA ITU PERLU BUKTI ‎"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel