DETIK DETIK TERAKHIR BERSAMA SANG NABI

 

Oleh Ustadz Abu Ghozie As Sundawie 

(Bahan renungan bagi yang merayakan maulid di bulan Robi'ul Awwal)

Pada hari Senin, ketika kaum muslimin Shalat Shubuh diimami oleh Abu Bakar radhiyallahu anhu,  Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- membuka tirai rumahnya untuk melihat mereka, beliau tersenyum dan tertawa.

Abu Bakar -radhiyallahu anhu- mundur ke barisan shalat, karena ia mengira bahwa Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- akan shalat. 

Namun Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- melambaikan tangannya dan memberikan isyarat agar mereka meneruskan shalatnya. Kemudian beliau masuk kembali ke kamarnya dan menutup tirai rumahnya. (HR Bukhari : 4183)

SENIN WAKTU DHUHA

Di waktu Dhuha Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- memanggil Fathimah -radhiyalahu anha- lalu membisikkan sesuatu kepadanya, ia pun menangis. Kemudian Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- membisikinya lagi, lalu ia tersenyum. 

Di kemudian hari setelah Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- wafat, ‘Aisyah -radhiyallahu anha- bertanya kepada Fathimah -radhiyallahu anah- tentang kejadian tersebut. 

Maka Fathimah menjawab;
 

سَارَّنِيْ النَّبِيُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَقْبِضُ فِيْ وَجْعِهِ الَّذِيْ تُوُفِّيَ فِيْهِ فَبَكَيْتُ ثُمَّ سَارَّنِيْ فَأُخْبِرَنِيْ أَنِّيْ أَوَّلُ أَهْلِ بَيْتِهِ يَتْبَعَهُ فَضَحِكْتُ.

“Nabi shalallahu alaihi wasallam  membisikkan kepadaku bahwa beliau akan meninggal dunia karena sakit yang dideritanya, maka aku menangis. Kemudian baliau membisikiku lagi memberitahukanku bahwa akulah dari kalangan keluarganya yang pertama kali menyusulnya, maka aku tersenyum.” (HR Bukhari : 4170)

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- mencium Hasan dan Husain radhiyallahu anhuma, lalu berwasiat kepada keduanya. 

Beliau berwasiat kepada isteri-isterinya. Dan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- juga berwasiat kepada kaum muslimin;

اَلصَّلَاةُ، وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ.

“Shalat dan (perhatikanlah) hamba sahaya yang kalian miliki.” (As Sirah An Nabawiyyah 4/473)


SAKARATUL MAUT

Hari Senin tangga 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah pada waktu Dhuha, tepat usia Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- 63 tahun  lebih empat hari.  

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- berada dipangkuan ‘Aisyah -radhiyallahu anha-. Saat itu ‘Abdurrahman bin Abi Bakar -radhiyallahu anhuma datang membawa siwak. 

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-memandang ke arahnya. ‘Aisyah -radhiyallahu anha-bertanya, “Maukah aku ambilkan (siwak tersebut) untukmu?” ‘Aisyah  tahu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam- menyenangi siwak. 

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- menganggukkan kepala, tanda setuju. Dikunyahlah siwak tersebut oleh ‘Aisyah  dan digosokkan ke mulut Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam-. 

Di hadapan Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- terdapat air dalam sebuah wadah. Beliau memasukkan kedua tangannya ke dalam wadah tersebut dan mengusapkan ke wajahnya, dan bersabda;
 

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ لَسَكَرَتُ.

“Tidak ada Sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah, sesungguhnya setiap kematian ada sekaratnya.” (HR Bukhari : 4184)

Setelah selesai bersiwak, beliau mengangkat tangannya dan jarinya, matanya memandang ke arah langit-langit, bibirnya bergerak-gerak.’ 

Aisyah radhiyallahu anha berusaha mendengarkan kata-kata yang beliau ucapkan;
 

مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا. ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيْمًا.

“Bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para shiddiqun, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sebaik-baik teman. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah yang Maha Mengetahui. ” 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ، وَأَلْحِقْنِيْ بِالرَّفِيْقِ الْأَعْلَى، اَللَّهُمَّ الرَّفِيْقِ الْأَعْلَى.

“Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, pertemukan aku dengan teman yang tinggi (kedudukannya).  Ya Allah, pertemukan aku dengan teman yang tinggi (kedudukannya).” (HR Bukhari : 4171)

Beliau mengulangi kalimat tersebut sebanyak tiga kali, kemudian tangan beliau lemas dan akhirnya ruh beliau terpisah dari tubuhnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

0 Response to "DETIK DETIK TERAKHIR BERSAMA SANG NABI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel